Lompat ke konten

Baharuddin Aritonang Luncurkan Buku ‘Orang Batak Berpuasa’

Seorang pemimpin bila ingin dicintai rakyat seharusnya pernah menginjakkan kaki ke daerah.

“Kalau memang ingin dicintai, pemimpin itu harus turun ke daerah-daerah, sehingga tahu keadaan rakyat yang sebenarnya,” kata Baharuddin Aritonang, dalam sambutannya peluncuran buku ‘Orang Batak Berpuasa’ di Gedung BPK, Medan, Jumat.

Menurut pria kelahiran Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan ini bahwa rakyat bangga bila pemimpinnya datang ke daerahnya, jangan hanya ke luar negeri saja. Selain bisa melihat langsung wajah pemimpinnya, rakyat juga bisa menyampaikan aspirasinya.

Terkait peluncuran buku ‘Orang Batak Berpuasa’, menurut anggota BPK ini, terinsipirasi dari masyarakat Jawa. Ramadan di Jawa adalah fenomena yang luar biasa. Dalam bulan ruwah (dari bahasa Arab, arwah), berbagai ruwahan dilakukan untuk menyambut datangnya Ramadan seperti berbentuk pengajian, selamatan, saling kirim makanan dan ziarah ke kuburan (nyekar).

Dikatakannya, kebiasaan orang Batak Muslim menyambut Ramadan diawali dengan marpangir. Istilah marpangir berasal dari kata pangir, suatu ramuan bahan alamiah yang digunakan orang Batak Muslim untuk membersihkan anggota tubuh diikuti dengan mandi. “Proses penggunaan pangir inilah yang dikenal dengan istilah marpangir,” kata Baharuddin.

Dalam acara peluncuran buku ‘Orang Batak Berpuasa” dihadiri Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprosu RE Nainggolan dan Jhon Tafbu Ritonga, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.