Lompat ke konten

Bahasa Indonesia

Bahasa Embara … Siapa Yang Lupa?

    Embara? Kedengarannya asing di telinga kita. Padahal, kata itu sangat sering dipakai dalam rupa berimbuhan: mengembara dan pengembara. Pengembara dapat dipadankan dengan kelana (mengapa harus pengelana?), kata puitis yang sering tersua pada cerita tempo hari. Embara adalah kata asal, tetapi lebih kerap kita jumpai dalam bentuk kembara. Kita sering lupa dengan asal-usul kata sehingga acap kali menggunakan deretan kata berimbuhan dalam kalimat. ”Pak Ahmad sangat memedulikan anak-anaknya”, padahal kalimat itu dapat ditulis sebagai ”Pak Ahmad sangat peduli anak-anaknya”. Contoh lain: ”Pemerintah memperingatkan agar pelaksanaan peraturan perlalulintasan serta pengawasannya dapat terlaksana dengan melakukan penataan birokrasi kepolisian.” Terlalu banyak kata berimbuhan. Tentu saja kalimat semacam itu tak mudah dicernakan, selain tak terang-benderang.… Selengkapnya »Bahasa Embara … Siapa Yang Lupa?

    Nalar Uang dan Nalar Pengarang Sastra

      Seorang lelaki suntuk membuat esai-esai kecil tentang harga sastra, sejarah ekonomi sastra, uang dalam jejak kolonialisme-modernitas, transformasi ekonomi-sosial-kultural dalam proyek menjadi Indonesia, dan rezim korporasi sejagat dalam sastra. Pembacaan dan pencatatan atas sekian teks sastra Indonesia membuat lelaki itu menundukkan kepala karena merasa kerepotan mendapati ilustrasi dan persemaian imajinasi atas pelbagai garapan tema-tema dalam sastra di Indonesia pada abad XX. Tumpukan sekian novel sebagai pilihan untuk membaca tanda-tanda zaman hampir membisu. Lelaki itu memilih untuk melacak jejak uang kendati harus memilih dengan agak sembrono karena belum menemukan peta ”ekonomi sastra” di negeri ini. Pembacaan terselamatkan ketika menggauli teks-teks sastra Melayu Tionghoa. Pengarang-pengarang dari kalangan Tionghoa dengan gairah tak biasa mulai… Selengkapnya »Nalar Uang dan Nalar Pengarang Sastra

      Bahasa Indonesia Bahasa Kematian

        Muslim menyebut Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun (Quran 2:156, ”Sungguh, kita adalah milik Allah, dan kepadaNya kita kembali”—terjemahan HB Yassin) bila mendengar tentang kematian seseorang. Ketika kemalangan tiba, seorang Muslim berserah kepada Allah dan bersyukur atas segala apa yang dia terima, pahit sekalipun, dan tetap bersabar. Kristen Katolik umum memajang RIP (Requiescant in pace ”semoga dia (mereka) beristirahat dalam damai”) di batu nisan. Ini bagian dari doa penguburan: Anima eius et animae omnium fidelium defunctorum per Dei misericordiam requiescant in pace ”semoga jiwanya dan jiwa-jiwa orang beriman yang sudah meninggal beristirahat dalam damai karena belas kasih Tuhan”. Kristen Protestan biasanya mengutip ungkapan ”pulang ke rumah Bapa” mengikuti ucapan Yesus… Selengkapnya »Bahasa Indonesia Bahasa Kematian

        Membangkitkan Minat Baca Lewat Taman Bacaan Masyarakat

          Usaha untuk meningkatkan minat baca masyarakat tidak pernah hilang, salah satunya dengan menyediakan taman bacaan masyarakat. Kalau biasanya dibuat di perkampungan, di Banten, taman bacaan masyarakat ini dibangun di pasar atau pusat belanja, tempat yang sering dikunjungi masyarakat. Bertepatan dengan Peringatan Hari Pendidikan Nasional pada Minggu (2/5), Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah meresmikan sebuah taman bacaan masyarakat di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Serang, Provinsi Banten. Tahun ini, Serang memang menjadi satu di antara tiga kota di Indonesia yang ditunjuk menjadi tempat peluncuran program TBM@Mall, yakni taman bacaan masyarakat di mal atau pusat perbelanjaan. Dua kota lainnya adalah Jakarta dan Makassar. Sesaat setelah membuka secara resmi gerai TBM@Mall tersebut,… Selengkapnya »Membangkitkan Minat Baca Lewat Taman Bacaan Masyarakat

          Pudarnya Mimpi Indonesia

            Tetangga saya di sebuah kota kecil di Jawa Barat memiliki visi sederhana, tetapi agak ganjil mengenai anak laki-lakinya. Dia berencana menyekolahkan anaknya hingga pendidikan tinggi di kota tempat tinggalnya—ketimbang kuliah di kota besar—sehingga bisa menghemat biaya. ”Penghematan” itu akan digunakan untuk biaya suap jadi PNS jika saatnya tiba. Ada banyak perspektif terhadap fakta di atas. Salah satunya, semakin pudarnya mimpi tentang Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dengan terungkapnya mafia pajak dan mafia hukum belakangan ini. Berbincang dengan masyarakat dari berbagai kalangan, pudarnya mimpi Indonesia ini mudah terasa. Terdapat dua hal yang bertentangan. Pertama, tujuan negara Indonesia—ditambah retorika para pemimpin saat ini—di satu sisi. Kedua, kenyataan berupa eksklusi sebagian besar… Selengkapnya »Pudarnya Mimpi Indonesia

            Bahasa Indonesia Sajak dan Puisi

              Bahasa Indonesia memiliki hanya sedikit perbendaharaan untuk menyebut kata-kata yang terangkai menjadi larik-larik dan bait berirama yang penuh citraan atau kiasan: ”sajak” dan ”puisi”—ada kalanya ”syair” juga dipakai, dan dulu (atau kini sesekali) kata ”sanjak” pun beredar. Tetapi itu rupanya tak hanya terjadi dalam bahasa kita. Bahasa Inggris, misalnya, dengan latar tradisi sastra yang begitu panjang dan luas, pun hanya punya nomina poem, poetry, dan verse, untuk menyebut hal yang lebih-kurang sama. (Adapun sajak atau sanjak atau syair atau puisi itu tentulah sangat banyak ragam atau bentuknya: gurindam, haiku, pantun, sajak bebas, sestina, soneta, talibun, villanelle, dan seterusnya. Jika dikumpulkan dari pelbagai khazanah sastra di segenap penjuru dunia, mungkin ada… Selengkapnya »Bahasa Indonesia Sajak dan Puisi

              Mahir Menulis: Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom & Resensi Buku

                Kiat Jadi Penulis • Judul: Mahir Menulis: Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom & Resensi Buku • Penulis: Mudrajad Kuncoro • Penerbit: Penerbit Erlangga • Edisi: I, 2009 • Tebal: xiv + 155 halaman • ISBN: (13) 978-979-075-288-7 Buku ini menambah pustaka dan pedoman praktis kiat menjadi penulis. Dibandingkan dengan serakan buku sejenis, perbedaannya terletak pada berbagai advokasi yang insinuatif, mulai dari bahwa menulis itu perintah Allah SWT, menulis itu menunda kepikunan otak, menulis itu mendatangkan penghasilan, sampai dengan kiat-kiat praktis. Bagaimana memahami selera media massa maupun penjaga rubrik agar tulisan bisa dimuat di media massa. Terdiri atas 10 bagian, seluruhnya tidak berpretensi dengan rujukan analisis teoretis. Penulis memberikan tips-tips… Selengkapnya »Mahir Menulis: Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom & Resensi Buku

                Melek Televisi Bagi Ibu Rumah Tangga

                  Melek Televisi bagi Ibu Rumah Tangga • Judul: Ketika Ibu Rumah Tangga Membaca Televisi • Penyunting: D Danarka Sasangka & Darmanto • Penerbit: Masyarakat Peduli Media (MPM) & Yayasan TIFA • Cetakan: Januari, 2024 • Tebal: 210 halaman • ISBN: 979979838-8 Kemampuan literasi (melek) media merupakan kebutuhan krusial pada era komunikasi saat ini mengingat tingginya terpaan siaran televisi dalam kehidupan sehari-hari, terutama terhadap anak-anak dan remaja. Sadar atau tidak, tayangan televisi berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Di satu sisi, televisi diakui telah mewujudkan fungsinya bagi kepentingan publik. Namun, limpahan produknya dinilai berpotensi menyesatkan publik. Literasi media merupakan gerakan membangun kesadaran dan kemampuan publik untuk mengendalikan penggunaan media. Dengan melek media, masyarakat… Selengkapnya »Melek Televisi Bagi Ibu Rumah Tangga

                  Apa Beda Kritik Sastra, Kritikus Sastra, dan Latar Belakangnya

                    Kajian akademik terhadap karya sastra Indonesia dimulai sejak mulai dibukanya lembaga pendidikan seperti fakultas Sastra di UI berupa sekolah tinggi sastra dan budaya sejak tahun 1929, atau UGM dengan fakultas sastra, pedagogik, dan filsafatnya tahun 1950. Kita pun baru mengenal kritikus sastra seperti Teeuw, Jassin, Umar Junus, dan beberapa nama lain kurang dari 50 tahun ini. Lalu, bagaimana kehidupan kritik dan kajian sastra sebelumnya? Dan apa pentingnya membicarakan dan mengotak-ngotakkan kritikus dan apresiator sastra Indonesia? Banyak media massa yang terbit pada masa penjajahan Belanda yang memuat berbagai apresiasi, analisis, komentar, resensi, dan bahkan polemik berkaitan dengan karya sastra yang diterbitkan. Kebanyakan kritik itu ditulis oleh para wartawan, penulis, dan masyarakat… Selengkapnya »Apa Beda Kritik Sastra, Kritikus Sastra, dan Latar Belakangnya

                    Bahasa Antara Tulisan dan Lisan

                      ”…bahasa pada hakikatnya adalah lisan, bukan tulis,” kata Lie Charlie dalam kolom Bahasa edisi Jumat, 11 Juni 2024. Ini hanya benar secara kronologis. Bahasa memang berevolusi dari lisan ke tulisan, budaya bergerak dari orality ke literacy. Dengan percetakan, teks menjadi makin utama. Kini radio, televisi, dan internet pun hanya bisa ada dan berfungsi dengan tulisan. Tulisan tidak akan ada tanpa lisan, tetapi bahasa tulisan bukan sekadar bahasa lisan yang dituliskan. Hakikat bahasa tidak lagi lisan. Baik dunia oral maupun literer kaya makna, tetapi ciri dan dampaknya pada proses pikiran manusia, dan sebagai kekuatan pengarah evolusi sosial, sangat berbeda. Bukan hanya itu, sejak tulisan pertama lahir lebih dari 5.000 tahun lalu… Selengkapnya »Bahasa Antara Tulisan dan Lisan