Lompat ke konten

Bahasa Indonesia

Perbedaan Puisi dan Prosa

    Puisi dan prosa sering dianggap sebagai sepasang ”lawan kata”. Bahkan, tak hanya itu, puisi dianggap lebih tinggi dari prosa. Yang ”puitis” umumnya berkonotasi positif, sedangkan yang ”prosaik” sebaliknya. Mengapa bisa demikian? Dan betulkah puisi dan prosa adalah sepasang ”lawan kata”? Mungkin kerja sastra yang telah berabad-abad lamanya mengukuhkan dikotomi itu. Puisi digubah dengan kesadaran yang intens (bahkan ”neurotik”) terhadap bahasa, sementara prosa ditulis dengan fokus utama terhadap ”isi” (cerita, perwatakan, argumen, dan sebagainya) dan konon perhatian seperlunya saja terhadap bahasa. Jika puisi adalah sebentuk komposisi berirama, maka seolah-olah prosa ditulis tanpa irama. Jika puisi menggarap unsur bunyi (juga sunyi) dan citraan serta pilihan kata secara ketat, maka semua hal itu… Selengkapnya »Perbedaan Puisi dan Prosa

    Bahasa Indonesia Yang Tiba Tiba Menjadi Bahasan

      Setiap muncul persoalan, orang Indonesia memiliki kebiasaan unik; mencari kambing hitam. Dalam persoalan apa pun, rasanya tidak akan marem bila kambing hitamnya belum dimunculkan. Tak mengherankan bila akhirnya bisnis paling prospektif di negeri ini adalah blantik kambing. Sayang, orang Indonesia memang termasuk “kapitalis tanggung”, maka peluang untuk mendirikan perusahaan outsourcing penyedia kambing hitam sampai sekarang belum dibangun. It’s only a joke. Dalam persoalan ujian nasional (UN), hobi mencari kambing hitam pun mulai terlihat bermunculan. Beberapa pihak mulai menuding guru bahasa sebagai pihak yang perlu dikambinghitamkan. Guru bahasa dianggap tidak seandal Mama Laurent dalam memprediksi soal. Beberapa pihak juga menuding guru terlalu menyepelekan karena bidang bahasa selama ini dianggap sebagai pelajaran… Selengkapnya »Bahasa Indonesia Yang Tiba Tiba Menjadi Bahasan

      Mengembangkan Bahasa Tidak Perlu Pusat Bahasa

        Bahasa Indonesia dalam pengembangan dan pengayaannya tidak boleh hanya bergantung pada Pusat Bahasa. Bahkan, setiap individu yang peduli bisa turut serta mengembangkan bahasa Indonesia, terutama dalam menemukan beragam istilah atau kata. Demikian disampaikan Anton M Moeliono, Guru Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa, dalam diskusi tentang bahasa jurnalistik yang digelar Forum Bahasa Media Massa (FBMM) bersama dengan Lembaga Kantor Berita Negara (LKBN) Antara di Jakarta, Kamis (29/7). Narasumber lainnya adalah Ketua Umum FBMM TD Asmadi dan Direktur Pemberitaan LKBN Antara Moehamad Saiful Hadi. Anton memisalkan frasa ’pasar swalayan’, yang adalah pengindonesiaan dari supermarket, bukan ditemukan dan disosialisasikan Pusat Bahasa. Kata itu—dan juga banyak kata baru lain—merupakan bagian dari upaya warga… Selengkapnya »Mengembangkan Bahasa Tidak Perlu Pusat Bahasa

        Bahasa: Jangan Nyampah Dikali

          Jangan nyampah di kali!” begitu kata Gubernur Fauzi Bowo. Kelihatannya seperti tindakan berbahasa biasa saja. Padahal, ini penting. Mengapa? Pak Gub menggunakan bahasa yang akrab dengan masyarakat Jakarta, khususnya yang tinggal di tepi sungai. Perhatikan! Ia tidak mengatakan, ”Jangan membuang sampah di sungai.” Dalam kebijakan publik memang ada yang disebut dengan aspek afektif. Bahasa penduduk Jakarta nyampah dan kali akan langsung masuk ke dalam hati masyarakat kecil di Jakarta. Lebih dari itu, nyampah tak sepenuhnya sepadan dengan frase membuang sampah. Kata nyampah selain bernilai afektif, juga tak sekadar bermakna ’membuang sampah’. Nyampah bermakna ’mengotori dengan sampah’. Jadi, Pak Gub–tanpa ia tahu–telah menembak dengan dua peluru sekaligus: menggunakan bahasa dari kalangan… Selengkapnya »Bahasa: Jangan Nyampah Dikali

          Arti Kata Sumbang Sebenarnya Dalam Bahasa Indonesia

            Kelompok band indie seperti Bottlesmoker dari Bandung yang meraih Kusala Musik Independen Asia Pasifik 2024 di Manila, Filipina, boleh dibilang sebagai kawanan musik bernada sumbang. Bahkan, band beraliran serupa asal Bali menamakan diri Parau, yang juga berarti sumbang. Sebelumnya dalam musik populer ada penyanyi berjuluk Doel Sumbang dan Iwan Fals—plesetan dari false dalam bahasa Inggris. Tesaurus bahasa Indonesia, karya Eko Endarmoko (2006) maupun garapan Pusat Bahasa (2009), mengentri kata sumbang dalam dua kumpulan arti. Yang pertama terkait bunyi, nada atau suara tak selaras: ’cemplang, janggal, miring, someng, garau, parau, pecah, sember, serak’. Jika didengarkan, suara itu terasa tak nyaman di kuping. Pada entri ini sumbang juga dipadankan dengan ’keliru, salah,… Selengkapnya »Arti Kata Sumbang Sebenarnya Dalam Bahasa Indonesia

            Arti Kata Diam Diam Dalam Bahasa Indonesia

              Pembaca, izinkan saya menyampaikan kebingungan ini. Tiba-tiba terbetik warta dari pucuk tertinggi pemerintah negara ini, ada revolusi diam-diam atau the quiet revolution di negeri kita. Suatu pengakuan akibat selip lidahkah ini atau sekadar kekhilafan memilih kata? Dicetuskan konon oleh seorang jurnalis dari Toronto, istilah Quiet Revolution merujuk pada masa perubahan mendasar tata sosial di Quebec, Kanada, sejak 1960 hingga 1966. Dalam peristiwa itu, pemerintah lama di bawah Perdana Menteri Maurice Duplessis digantikan oleh Jean Lessac yang lebih modernis. Sejak itu Quebec keluar dari zaman kegelapannya dan masuk ke dalam arus modernisasi. Quebec menjadi sekuler, liberal, tetapi tetap nasionalis. Nilai-nilai kuno yang konservatif dan menghambat ditinggalkan, pendidikan menjadi utama. Kendati radikal,… Selengkapnya »Arti Kata Diam Diam Dalam Bahasa Indonesia

              Cara Memadankan Idion Bahasa Inggris Ke Bahasa Indonesia

                Belum lama ini pembaca surat kabar dan majalah berkenalan dengan ungkapan whistle blower untuk menggambarkan, antara lain, peran Komisaris Jenderal Susno Duadji yang oleh media disebut membongkar ketidakberesan di dalam lembaga kepolisian. Oleh wartawan yang pernah mempelajari bahasa Inggris, whistle blower secara harfiah diterjemahkan dengan peniup peluit. Jelaskah bagi kita maksud frasa itu? Apakah maknanya bertalian dengan bunyi peluit wasit dalam olahraga atau agen polisi di jalan, ataupun kepala stasiun kereta api? Di samping maknanya yang harfiah, masih ada maknanya yang tidak dapat dijabarkan dari arti leksikal unsur katanya masing-masing. Setiap bahasa di dunia mempunyai satuan seperti itu. Namanya idiom yang bercorak idiomatik . Dalam bahasa Melayu-Indonesia ada sejumlah idiom… Selengkapnya »Cara Memadankan Idion Bahasa Inggris Ke Bahasa Indonesia

                Tuntutan Kemahiran Dan Ketidak Lulusan Tinggi

                  Tingginya angka ketidaklulusan siswa SMA/SMK/MA dalam Ujian Nasional 2024 mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan konsekuensi positif dari pengembangan kurikulum satuan tingkat pendidikan. Kurikulum ini menuntut pengembangan kemahiran berbahasa Indonesia daripada pegetahuan berbahasa. Guru Besar Linguistik Universitas Katolik Atmajaya Jakarta Bambang Kaswanti Purwo mengatakan, dari 50 soal pilihan ganda SMA, 35 di antaranya diawali dengan teks, yaitu paragraf, diagram, puisi, dan percakapan. Sejumlah 27 teks—lebih dari setengahnya—dibuat untuk satu soal. ”Model soal ini sudah bagus karena bahasa bukan hafalan, melainkan mengembangkan keterampilan berbahasa,” kata Bambang dalam diskusi ”Ujian Nasional Bahasa Indonesia Kini dan Akan Datang” di Universitas Negeri Yogyakarta, Sabtu (7/8). Ia mengatakan, Kurikulum 1975 lebih menekankan pengetahuan berbahasa sehingga siswa… Selengkapnya »Tuntutan Kemahiran Dan Ketidak Lulusan Tinggi

                  Bahasa Batak: Sewa dan Penumpang

                    Rubrik ini pekan lalu berisi ”Matinya Penumpang”. Dalam tulisan itu Mulyo Sunyoto membuat hipotesis bahwa para pengemudi dan kenek bus pengangkutan umum di Jakarta menggunakan kata sewa, bukan penumpang, karena numpang berkonotasi gratisan, sementara sewa berkonotasi membayar. Hipotesis Mulyo ini salah. Sewa dalam konteks pengangkutan umum di Jakarta bukan berasal dari sewa bahasa Indonesia ’pemakaian sesuatu dengan membayar’, melainkan sewa dialek Medan dari bahasa Batak Toba yang memang berarti ’penumpang’. Penggunaan istilah sewa sebagai padan penumpang di Jakarta mulai marak tahun 1970-an. Pada tahun-tahun itulah etnisitas Batak banyak masuk Jakarta dan sebagian berprofesi sebagai pengemudi serta kenek pengangkutan umum. Merekalah yang telah membawa kata sewa langsung dari Tanah Tapanuli. Lambat… Selengkapnya »Bahasa Batak: Sewa dan Penumpang

                    Bahasa Indonesia: Matinya Sang Penumpang

                      Sebuah bus pengangkutan umum berjalan perlahan keluar dari Terminal Kampung Rambutan Jakarta. Di belakang kendaraan itu, dalam jarak sepelempar, seseorang bergegas mengejar bus. Sopir tak menghentikan kendaraannya. Kenek melihat gelagat orang itu lewat kaca spion. Kepada sopir, sang kenek berteriak, ”Ada sewa, ada sewa.” Sewa, bukan penumpang. Sopir dan kenek kendaraan pengangkutan umum di Jakarta seolah tabu menggunakan kata penumpang menyebut ‘orang yang naik kendaraan umum’. Sejak kapan dan mengapa para awak kendaraan umum di Jakarta memilih sewa dan menampik penumpang? Saya tak tahu. Yang pasti, di Sumatera Utara hal itu kaprah belaka. Namun, saya punya hipotesis mengapa mereka menyingkirkan penumpang dari perbendaharaan bahasa mereka. Di tahun 1980 saya pertama… Selengkapnya »Bahasa Indonesia: Matinya Sang Penumpang