Lompat ke konten

Bahasa Indonesia

Balai Bahasa Masih Kurang – 10 Provinsi Tidak Miliki Balai Bahasa

    umlah balai bahasa dirasakan masih kurang. Dari 33 provinsi di Indonesia, hingga saat ini baru 17 provinsi yang memiliki balai bahasa dan lima provinsi yang mempunyai kantor bahasa. Padahal, keberadaan lembaga tersebut penting sebagai pusat informasi dan pengembangan bahasa Indonesia. ”Belum adanya balai bahasa di semua provinsi menyebabkan pengembangan bahasa, termasuk juga untuk pemetaan bahasa daerah, menjadi tidak optimal,” kata Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Dendy Sugono di Jakarta, Selasa (16/9). DKI Jakarta tidak memiliki balai bahasa, tetapi ada Pusat Bahasa. Adapun 10 provinsi yang belum memiliki balai bahasa atau kantor bahasa adalah Kepulauan Riau, Bengkulu, Bangka Belitung, Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa… Selengkapnya »Balai Bahasa Masih Kurang – 10 Provinsi Tidak Miliki Balai Bahasa

    Arti Kata Tebar Pesona Dalam Bahasa Indonesia

      Ungkapan tebar pesona menjadi terkenal dan selalu dihubungkan dengan strategi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang menuai kritik dari lawan politiknya. Mengapa tebar pesona bikin orang lain tak enak hati? Bukankah dengan kita banyak senyum, orang lain akan senang? Seperti biasa tentu kita akan mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Lema tebar yang ditandai sebagai verba langsung diikuti oleh bentuk bertebaran yang dijelaskan sebagai ’bertaburan, berhamburan, tersebar’: rumah makan banyak bertebaran di sekitar tempat itu. Selain bertebaran juga dijelaskan kata bentukan lain, seperti menebari, menebarkan, mempertebarkan, tertebar, tebaran, penebar. Saya ingat kumpulan sajak Sutan Takdir Alisjahbana, Tebaran Mega, dan mencoba mencari maknanya. Di KBBI dijelaskan bahwa tebaran bermakna ’sesuatu yang… Selengkapnya »Arti Kata Tebar Pesona Dalam Bahasa Indonesia

      Bahasa Daerah Untuk Memperkaya Bahasa Indonesia Sebagai Pemersatu

        Lewat tulisannya di rubrik ini lima minggu lalu, ”Bahasa Pemersatu”, Akhmad Baihagie menyarankan agar dalam menetapkan lema baku serapan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, para pakar bahasa di Pusat Bahasa menggunakan bahasa daerah sebagai sumber mencari padanan. Melakukan hal itu merupakan usaha mengakui, menghargai, serta mempertahankan keberadaan bahasa daerah. Jika itu terjadi, menurut Baihagie, kelak kita akan bangga bahwa sekian persen lema di KBBI serapan dari bahasa Nusantara, seperti Ambon, Bali, Banjar, Batak, Bugis, dan Jawa. Dengan begitu, bahasa Indonesia niscaya kukuh sebagai pemersatu. Saran tersebut patut disambut baik bukan hanya oleh para pakar bahasa yang duduk di Pusat Bahasa, melainkan oleh siapa saja yang mencintai bahasa dan bangsa Indonesia.… Selengkapnya »Bahasa Daerah Untuk Memperkaya Bahasa Indonesia Sebagai Pemersatu

        Makna Libas Dalam Bahasa Indonesia Yang Diserap Dari Bahasa Batak

          Tampaknya proses pengayaan kosakata bahasa Indonesia banyak berasal dari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Ini seiring dengan masuknya hasil teknologi modern dan perdagangan bebas. Komputer dengan kosakatanya seolah-olah sulit diterjemahkan dan diterima begitu saja oleh penggunanya. Ejaan Yang Disempurnakan telah mengatur pemasukan unsur serapan asing itu. Jika ada padanan kata yang tepat di dalam bahasa Indonesia, maka yang digunakan padanan kata itu. Bila tak ada, kata asing itu diserap dengan penyesuaian lafal dan penulisannya sesuai dengan pola pikir Indonesia, tetapi ciri asal kata asing itu masih dapat ditelusuri. Bagaimana dengan pemasukan kata ”asing” yang berasal dari bahasa suku? Adakah aturan untuk itu? Bahasa suku di Indonesia sebenarnya dapat jadi sumber… Selengkapnya »Makna Libas Dalam Bahasa Indonesia Yang Diserap Dari Bahasa Batak

          Bahasa Indonesia Ditentukan Oleh Siapa Yang Banyak Bicara dan Banyak Menulis Tanpa Mengikuti Kaidah Bahasa Indonesia Yang Benar

            Bahasa selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakainya, baik secara fisik maupun secara konsep. Perkembangan bahasa itu berlangsung baik sesuai dengan kaidah maupun menyimpang dari kaidah, anomali. Nah, proses ini berlaku pula untuk bahasa dan berbahasa Indonesia. Kita mengenal sebuah organisasi bernama Himpunan Kerukunan Tani Indonesia alias HKTI. Yang berhimpun tentulah manusia yang bertani. Mengapa bukan petani? Tani secara kaidah berdistribusi sebagai verbum dalam bentuk bertani. Mungkin pakar bahasa Indonesia akan mengatakan petani dan bukan tani dalam pengertian manusia atau orang yang bercocok tanam. Anomali pun terjadi pada kata wajib dalam frase wajib pajak. Kita sekarang mengenal nomor pokok wajib pajak atau disingkat NPWP. Wajib pajak itu manusia, orang. Yang… Selengkapnya »Bahasa Indonesia Ditentukan Oleh Siapa Yang Banyak Bicara dan Banyak Menulis Tanpa Mengikuti Kaidah Bahasa Indonesia Yang Benar

            169 Bahasa Daerah Terancam Punah Karena Kekurangan Penuturnya

              Dari 742 bahasa daerah di Indonesia, hanya 13 bahasa yang penuturnya di atas satu juta orang. Dari 729 bahasa daerah yang penuturnya kurang dari satu juta orang, sekitar 169 di antaranya terancam punah karena berpenutur kurang dari 500 orang. Agar tidak punah, preservasi dan pemberdayaan terhadap berbagai bahasa daerah di seluruh Indonesia perlu dilakukan secara serius, terus-menerus, dan berkesinambungan. Hal itu diungkapkan Multamia RMT Lauder dari Departemen Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, dalam seminar ”Empowering Local Language Through ICT” yang diadakan Departemen Komunikasi dan Informatika, Senin (11/8) di Jakarta. Bahasa yang terancam punah itu tersebar di wilayah Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua. Bahasa Lom (Sumatera), misalnya, hanya… Selengkapnya »169 Bahasa Daerah Terancam Punah Karena Kekurangan Penuturnya

              Novel Grafis Indonesia Yang Belum Tenar Dan Beken

                Apa kabar novel grafis Indonesia? Tak terdengar? Tahun 2004 Beng Rahardian membuat Selamat Pagi Urbaz yang spesifik memberi label novel grafis, bukan komik. Sejak itu, walau jalan menuju novel grafis sudah dirintis, perkembangannya suram. Anak-anaki muda menganggap hal yang bergambar termasuk komik. Orang dewasa yang mencintai novel menganggap sesuatu bernama komik enggak sastrawi. Babak berikutnya, novel grafis mulai dikenal di Indonesia. Tapi, yang laku didominasi terjemahan asing. Mirna Yulistianti, editor penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU), menyatakan sulit menemukan komikus Indonesia yang bertahan membuat novel grafis dengan alur cerita berbobot. Kebanyakan jago ilustrasi komik, tapi tak bisa bertahan dengan cerita panjang. Ini diakui Suryo Nugroho dari studio ilustrasi komik rumahwarna. ”Memang… Selengkapnya »Novel Grafis Indonesia Yang Belum Tenar Dan Beken

                Pratik Dokter Di Samping Apotek Menyalahi Undang Undang

                  Masih saja ada yang bertanya: apotek atau apotik, kantong atau kantung, kokoh atau kukuh, praktek atau praktik, telor atau telur? Saya jawab saja: pakai semaumu. Toh tak ada beda antara apotek dan apotik, juga telor dan telur. Pedagang di pasar akan menimbang benda yang sama, tak peduli apakah pembeli menyebut telor bebek atau telur bebek. Dalam bahasa-bahasa berfleksi dikenal gejala bahasa ablaut. Gejala bahasa ini tak lain tak bukan adalah perubahan vokal pada suatu kata menandai pelbagai fungsi gramatikal untuk mengungkapkan perubahan aspek, jumlah, waktu, dan sebagainya. Pada bahasa Inggris kita kenal drink, drank, dan drunk. Kata itu menggambarkan tindakan yang sama, minum, dengan waktu sebagai pembeda. Pada bahasa Italia… Selengkapnya »Pratik Dokter Di Samping Apotek Menyalahi Undang Undang

                  Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pemersatu Membuat Miris Karena Terlalu Banyak Meneyrap Bahasa Asing dan Mengabaikan Bahasa Daerah

                    Setelah membuka-buka Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, saya bangga sekaligus miris. Bangga karena semakin hari, jumlah lema kamus andalan penutur bahasa Indonesia ini kian bertambah. Miris sebab lema tersebut lebih banyak berupa jelmaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris dan Arab. Dalam beberapa artikel mengenai bahasa memang diakui bahwa perkembangan teknologi yang demikian cepat telah mendorong serangkaian istilah baru tercipta. Sebut saja mikroskop dan televisi. Pakar bahasa di pelbagai belahan dunia menyerap istilah itu, kemudian membakukannya menjadi bahasa standar nasional. Tak terkecuali pakar kita. Sayang, migrasi konsep teknologi baru yang dibungkus dalam sebuah kata itu membuat pemakai bahasa Indonesia terlena dengan sekadar menyerapnya, untuk tak mengatakan mengalihaksarakannya, agar sesuai dengan… Selengkapnya »Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pemersatu Membuat Miris Karena Terlalu Banyak Meneyrap Bahasa Asing dan Mengabaikan Bahasa Daerah

                    Pelajaran Sastra Tidak Bergengsi dan Tidak Mendukung Life Style

                      Pelajaran Sastra Melayu di sekolah dianggap kurang bergengsi dibanding mata pelajaran lain, seperti Matematika dan Sains. Ditambah lagi dengan guru terjebak pada pengajaran sastra yang menekankan aspek kognitif, semisal apakah tema, bentuk, nada, dan gaya bahasa suatu karya. ”Mestinya guru lebih kreatif dalam mengajar sehingga sastra menjadi pelajaran yang menarik bagi siswa,” kata Dayang Faridah binti Abdu Hamid, pengajar di Brunei Darussalam, dalam seminar ASEAN Pengajaran Sastra Indonesia/Melayu di sekolah yang berlangsung di Jakarta, Senin (28/7). Acara yang digelar Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) ini sebagai salah satu upaya untuk memajukan sastra di kawasan Asia Tenggara dan dihadiri peserta dari Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura. Dendy Sugono, Kepala Pusat… Selengkapnya »Pelajaran Sastra Tidak Bergengsi dan Tidak Mendukung Life Style