Lompat ke konten

Cerpen

Fiksimini Tak Sekadar 140

    @nkongParto: Siapa cepat dia dapat finish. Di garis finish telah menanti malaikat maut dengan peraturan baru. @LVCBV: KOMAT KAMIT. Merapal jawaban. Gadis manis di sampingnya memonyongkan bibir, ”Buruan contekannya!” Membaca ”kicauan” singkat serupa itu kerap menimbulkan senyum. Repotnya, karena lebih banyak dinikmati secara personal dari perangkat selular cerdas, jadilah pembacanya senyum-senyum sendiri. Dengan meluasnya pemanfaatan jejaring sosial di dunia maya, komunitas-komunitas baru terbentuk. Salah satunya Fiksimini di Twitter. Fiksi tapi supermini. Kilatan singkat yang tamat dalam 140 karakter saja. Penulis Fiksimini pun beragam, meskipun kebanyakan berasal dari pecinta membaca dan menulis. Yudith (39), misalnya, membaca dan menulis Fiksimini untuk mengisi waktunya sebagai anggota Bhayangkari. Selain itu, lulusan Sastra Inggris Sekolah… Selengkapnya »Fiksimini Tak Sekadar 140

    Cerpen: Ikan Terbang Kufah

      Kau tak tahu di mana tubuh Kufah, Kiai Siti, Zaenab, dan ikan-ikan terbang itu menghilang bukan? Triyanto Triwikromo KUFAH tidak percaya pada akhirnya orang-orang kota benar-benar akan menghancurkan makam Syeh Muso yang menjulur di ujung tanjung yang dikepung oleh hutan bakau dan cericit ribuan bangau. Mereka akan membangun resor di kampung penuh ikan terbang itu. Kufah keberatan bukan karena nisan Syeh Muso sering menguarkan cahaya hijau yang menyilaukan mata, tetapi jika sewaktu-waktu tanjung itu turut dilenyapkan, ia tidak akan bisa berlama-lama memandang bulan sambil mengecipakkan kaki di kebeningan air laut yang jika pasang tiba, kerap mengempaskan segala benda tak terduga. Kadang-kadang, kau tahu, saat bermain bersama perempuan-perempuan kencur lain, Kufah… Selengkapnya »Cerpen: Ikan Terbang Kufah

      Cerpen: Mendongeng Itu Tidak Asyik

        DUHHH… hati Febe kebat-kebit menghadapi tugas pertamanya. Malam ini Mama meminta mendongeng bagi Oldrin. Biasanya Mama yang mendongeng untuk adik. Tetapi berhubung Mama sedang dirawat di rumah sakit dan Papa menunggui Mama, Febe diminta mendongeng untuk Oldrin, adik laki-laki yang berumur tujuh tahun. Febe akhirnya bersedia menggantikan tugas Mama. Febe sibuk mencari cerita yang mau dia dongengkan. Dongeng apa ya, Putri Salju, Putri Cinderella, Bawang Merah dan Bawang Putih? Dongeng yang diingat semua tentang putri, tentu tidak cocok untuk Oldrin. ”Ayo, Kak,” Oldrin merengek tak sabaran. ”Ya, sekarang Oldrin dengar ya, Kak Febe mau mulai nih,” katanya buru-buru. ”Pada zaman dulu…” ”Zaman dulu itu kapan, Kak? Waktu Oldrin belum lahir… Selengkapnya »Cerpen: Mendongeng Itu Tidak Asyik

        Tugas Mengusir Angsa Untuk Melindungi Kakak

          Saya mempunyai seorang kakak yang takut dengan angsa. Setiap melihat angsa, dia bisa menjerit ketakutan. Pernah dia tidak jadi menjemur pakaian karena ada empat ekor angsa di dekat jemuran. Akhirnya sampai sore kakak tidak menjemur pakaian. Pernah ketika saya sedang bermain bola di lapangan yang agak jauh dari rumah, tiba-tiba telepon genggamku berbunyi. Ternyata SMS dari kakak menyuruh saya pulang untuk mengusir angsa. Dia baru pulang kuliah, enggak berani masuk rumah karena ada angsa di depan rumah. Jadilah sekarang, tugas utama saya di rumah adalah pengusir angsa. Angsa adalah binatang yang sangat menakutkan bagi kakak. Saya enggak tahu apa yang membuat kakak takut angsa, mungkin karena suaranya yang berisik bikin… Selengkapnya »Tugas Mengusir Angsa Untuk Melindungi Kakak

          Kumpulan Cerpen Letusan Krakatau Dalam Sastra Melayu

            Lebih dari seribu kajian tentang letusan Krakatau telah ditulis, baik oleh ahli geologi, vulkanologi, metereologi, maupun oseanografi. Bermunculan pula sejumlah prosa karya seniman Eropa dari tahun 1889 hingga 1969, juga beberapa film yang menggambarkan bencana akbar itu. Akan tetapi, kajian dan karya seni dengan sudut pandang penduduk lokal masih langka. Buku Syair Lampung Karam karya Suryadi ini pantas disebut sebagai penemuan yang mengejutkan. Ahli filologi dan peneliti sastra klasik di Universitas Leiden ini menemukan naskah usang mengenai peristiwa letusan Krakatau 1883, bertajuk Syair Lampung Karam (SLK) karya Muhammad Saleh, diterbitkan di Singapura pada akhir abad ke-19. Suryadi mencatat, SLK pernah terbit dalam bentuk litografi (cetak batu) dengan aksara Arab-Melayu sebanyak… Selengkapnya »Kumpulan Cerpen Letusan Krakatau Dalam Sastra Melayu

            Cerpen: Romantisnya Warna Merah Jambu

              Bagi Gadis, menyendiri di tepi danau, menunggu seseorang yang pernah berjanji padanya tidak cuma bingung dan termenung. Dia pergi ke tepi danau di tengah hutan setelah usai memanen padi ladang bersama Bapak dan Emak. Bila akan pergi ke tepi danau berair biru jernih itu, dia tak lupa membawa beberapa lembar kain belacu putih dan peralatan menyulam. Di keheningan tepi danau tercium olehnya harum bunga mawar hutan. Dia dengar nyanyian burung dan hiruk pikuk kawanan kera. Dia melihat gelepar ekor ikan di permukaan danau. Air beriak bagaikan tersibak. Di atas tebing, daun pepohonan sangat rimbun—bercermin di air danau yang bening. Sekian tahun silam, menjelang petang, seorang pelukis tua berjanggut lebat, dan… Selengkapnya »Cerpen: Romantisnya Warna Merah Jambu

              Cerpen: Kisah Hamster Lucu Menggemaskan

                ”Mereka imut dan lucu- lucu. Tampaknya mereka kerasan tinggal di sebuah kandang mungil di dekat kamar mandi. Setiap hari aku memberinya makan wortel segar. ” Tulis Sisil dalam suratnya. Pak Pos datang mengantar sepucuk surat untuk Sisil. Sudah hampir tiga bulan Sisil punya sahabat pena, namanya Nura. Nura anak Padang, yang punya Paman di Surabaya. Setelah membaca surat Nura, Sisil jadi sedih. ”Biasanya kamu senang dapat surat dari sahabatmu, kenapa kali ini murung?” tanya Mama. Sisil diam, tak berani cerita masalah yang sebenarnya. Ia hanya mengatakan pusing dan ingin berbaring sebentar di kamar. Di dalam kamar Sisil duduk termenung, bingung. Minggu depan Nura berlibur ke tempat pamannya di Surabaya. Nura… Selengkapnya »Cerpen: Kisah Hamster Lucu Menggemaskan

                Cerpen: Macan Lapar

                  Ketika saya membaca SMS dari sahabat saya William John dari California bahwa ia akan datang ke Solo untuk mencari Putri Solo yang gaya berjalannya seperti Macan Lapar, saya terbahak. Ketika ia melanjutkan SMS-nya bahwa jika ia tidak menemukan seorang Putri Solo yang Macan Lapar itu, dalam bahasa Jawa: Macan Luwe, berarti saya menyembunyikannya. Lagi-lagi saya terbahak. Sebaliknya saya mengancam, jika ia main-main saja dengan Putri Solo, misalnya mengajaknya kumpul kebo, saya akan melaporkannya ke Presiden Obama. Ternyata John berani bersumpah bahwa ia serius akan menikahi Putri Solo yang Macan Lapar itu dan memboyongnya ke Amerika. Anak keturunannya kelak, janji John, merupakan masyarakat baru Amerika yang akan mendatangkan berkah. Saya menyambutnya… Selengkapnya »Cerpen: Macan Lapar

                  Cerpen: Si Hitam dan Si Putih

                    Dahulu kala di tanah Jawa, ada sebuah sekolah di lereng gunung. Muridnya banyak sekali, semua datang dari pelosok Negeri. Sekolah itu dipimpin oleh seorang guru bernama Guru Bijakraya. Seperti namanya, sang guru terkenal bijaksana. Suatu hari, utusan Kaisar Negeri China datang ke sekolah menyampaikan undangan pesta. Setelah sang utusan pulang, Guru Bijakraya mengumpulkan semua muridnya. Murid-murid ada yang berasal dari keluarga kaya, tetapi juga ada yang berasal dari keluarga miskin. Oleh Guru Bijakraya, semua murid diperlakukan sama. ”Anak-anakku…” Guru Bijakraya memandang murid-muridnya yang berkumpul menyimak kata-katanya. ”Kalian tentu sudah tahu tentang undangan Kaisar China, kan?” ”Ya Pak Guru.” Semua murid menjawab serempak. Mereka senang sekali kalau Guru Bijakraya diundang, mereka… Selengkapnya »Cerpen: Si Hitam dan Si Putih

                    Cerpen Anak: Jalan di Kotaku Buruk Sekali

                      Jalan di daerahku buruk sekali. Banyak yang bilang, jalan itu seperti kubangan kerbau. Semua kendaraan yang lewat harus hati-hati bila tak ingin terguling. Liburan lalu aku ke kota Bandar Lampung bersama ayah naik kendaraan umum. Kami mendapat tempat duduk di samping pak sopir. Kudengar ayah bicara dengan pak sopir, ”Apa enggak malu Pak Bupati jika melihat jalan di daerahnya seperti ini?” Kutoleh pak sopir hanya tersenyum. Dari Kota Gajah ke Kota Metro, kami melewati Desa Punggur yang jalannya lebih rusak. Dari Metro ke Kota Tanjung Larang (Bandar Lampung), jalannya menyedihkan dan memalukan. Ada sekitar 1 kilometer jalannya rusak parah. Pernah kudengar dari radio, kubaca di koran, kusaksikan di televisi, jalan… Selengkapnya »Cerpen Anak: Jalan di Kotaku Buruk Sekali