Lompat ke konten

Cerpen

Pendidikan Sastra Masih Terpinggirkan Perlu Diadakan Olimpiade Sastra Nasional

    Sastra masih terpinggirkan di dalam dunia pendidikan yang cenderung mengedepankan ilmu eksakta. Padahal, pendidikan sastra sangat penting untuk pembentukan karakter. Olimpiade sastra dipandang dapat menjadi salah satu upaya mengedepankan sastra. Pengamat sastra dari Universitas Indonesia, Maman S Mahayana, mengatakan, Sabtu (11/10), tersisihkannya sastra, juga bidang ilmu humaniora lainnya, tak lepas dari penekanan kebijakan pembangunan yang bersifat fisik dan adanya kebutuhan konkret terhadap ilmu eksakta. Terutama pada awal pembangunan, tahun 1950-an. Namun, dalam perkembangannya, ilmu eksakta jauh lebih dihargai daripada ilmu humaniora dan sosial. Hal itu dikukuhkan oleh pandangan masyarakat. ”Di sekolah, siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dianggap lebih cerdas daripada Ilmu Pengetahuan Sosial. Padahal, ilmu tidak dapat dipandang demikian karena… Selengkapnya »Pendidikan Sastra Masih Terpinggirkan Perlu Diadakan Olimpiade Sastra Nasional

    Spiritualitas Sastra Dan Suara yang Mencari dan Membebaskan

      Dalam salah satu cerpennya, Surga Anak-Anak, novelis nobelis Mesir, Najib Mahfûz, menggambarkan bagaimana agama yang gagap menghadirkan dirinya dalam masyarakat modern. Rasa gagap ini berakhir tragis: agama digugat oleh anak-anak. Agama—yang diwakili oleh sang ayah—belingsatan: seolah-olah mampu, padahal tak berdaya mempertanggungjawabkan kekuasaannya. Karena kehabisan kata-kata, sang ayah berusaha menunda persoalan: ”Engkau masih kecil, sayang; nanti kalau kau sudah besar, engkau akan mengerti …” atau ”Tidakkah kau sabar, sayangku, menunggu sampai engkau besar?” Seandainya sang anak mengikuti nasihat ayahnya, pengertian agama macam apa yang sedang menanti saat anak menjadi dewasa? Pengertian agama yang bikin sang ayah panik atau pengertian yang bisa membebaskan sang anak dari garis batas yang ditarik atas nama… Selengkapnya »Spiritualitas Sastra Dan Suara yang Mencari dan Membebaskan

      Cerpen- Cerita Pendek Sang Mertua

        Baru satu hari tiba di Yogya dan bermalam di hotel, kepalaku terasa pusing. Rombongan pertemuan wanita baru saja pergi dan aku tinggal sendiri karena kurasa wajahku sebelah terasa nyeri dibarengi kepala yang berat. Kucoba merendam diri di kamar mandi, tetapi rasa nyeri itu tidak hilang juga. Kukira karena perjalanan jauh naik kereta api dari Jakarta-Yogya. Sebelum malam jauh, aku membeli obat sakit kepala, namun sepanjang malam keadaan tidak bertambah baik. Keesokan harinya kukatakan kepada rombonganku bahwa aku tidak dapat mengikuti pertemuan wanita dan pamit pulang ke Jakarta. Rasa pening kepala makin menjadi-jadi, dan sebagian wajahku, pipi sebelah kanan rasanya seperti kaku, demikian Marice menuturkan awal penderitaannya. Suamiku terkejut melihat aku… Selengkapnya »Cerpen- Cerita Pendek Sang Mertua

        CERPEN: Ratap Gadis Suayan Oleh Damhuri Muhammad

          Di mana ada kematian, di sana ada Raisya, janda beranak satu yang bibir pipihnya masih menyisakan kecantikan masa belia. Ia pasti datang meski tanpa diundang. Di dusun Suayan ini, kabar baik dihimbaukan, kabar buruk berhamburan. Maka, bilamana kabar kematian dimaklumatkan, orang-orang akan bergegas menuju rumah mendiang. Begitu pula Raisya. Tapi ia tidak bakal ikut-ikutan sibuk meramu daun serai, pandan wangi dan minyak kesturi sebelum jenazah dimandikan, tidak pula memetik bunga-bunga guna ditabur di tanah makam seperti kesibukan para pelayat perempuan. Raisya hanya akan mengisi tempat yang telah tersedia, di samping pembaringan mendiang, lalu meratap sejadi-jadinya, sekeras-kerasnya, sepilu-pilunya. Duduk, berdiri, melonjak-lonjak, menghentak-hentakkan kaki, berputar-putar mengelilingi jenazah sambil terus menyebut-nyebut dan memuji… Selengkapnya »CERPEN: Ratap Gadis Suayan Oleh Damhuri Muhammad

          Novel Grafis Indonesia Yang Belum Tenar Dan Beken

            Apa kabar novel grafis Indonesia? Tak terdengar? Tahun 2004 Beng Rahardian membuat Selamat Pagi Urbaz yang spesifik memberi label novel grafis, bukan komik. Sejak itu, walau jalan menuju novel grafis sudah dirintis, perkembangannya suram. Anak-anaki muda menganggap hal yang bergambar termasuk komik. Orang dewasa yang mencintai novel menganggap sesuatu bernama komik enggak sastrawi. Babak berikutnya, novel grafis mulai dikenal di Indonesia. Tapi, yang laku didominasi terjemahan asing. Mirna Yulistianti, editor penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU), menyatakan sulit menemukan komikus Indonesia yang bertahan membuat novel grafis dengan alur cerita berbobot. Kebanyakan jago ilustrasi komik, tapi tak bisa bertahan dengan cerita panjang. Ini diakui Suryo Nugroho dari studio ilustrasi komik rumahwarna. ”Memang… Selengkapnya »Novel Grafis Indonesia Yang Belum Tenar Dan Beken

            Anak Indonesia Lebih Banyak Menghabiskan Waktu Menonton Televisi Daripada Membaca Karya Sastra

              Sinetron remaja yang ditayangkan televisi sudah banyak menyihir anak-anak sekolah. Akibatnya, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di depan layar kaca dibanding membaca buku. “Terlebih sekarang, sinetron banyak mengungkap kehidupan di lingkungan sekolah. Meski ceritanya kurang menarik tetapi anak-anak suka saja menonton,” tutur Kepala Pusat Bahasa Depdiknas, Dendy Sugono di sela seminar Asean Pengajaran Sastra Indonesia/Melayu di Sekolah, Senin kemarin di Jakarta. Salah satu pelajaran yang banyak terkena dampaknya terhadap menjamurnya sinetron remaja ini adalah pelajaran sastra. Menurut Dendy, anak-anak sekarang enggan untuk membaca buku cerita dan karya sastra. Padahal membaca karya sastra ini tak sekadar menambah pengetahuan tetapi juga melatih anak-anak lebih terampil berbahasa dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis.… Selengkapnya »Anak Indonesia Lebih Banyak Menghabiskan Waktu Menonton Televisi Daripada Membaca Karya Sastra

              Tidak Semua Orang Bisa Melakukan Pekerjaan Membuat Buku Digital

                Membuat buku digital yang interaktif bukan pekerjaan mudah, tetapi bukan berarti tidak mampu diwujudkan, terutama jika ada dukungan dan kerjasama berbagai pihak yang bergerak di bidang Teknologi Informasi (TI). Hal tersebut dikatakan oleh Direktur TI Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Achmad Ridwan, di Yogyakarta, Jumat. “Jika semua vendor, seperti dari sisi perangkat lunak Microsoft atau dari perangkat keras seperti IBM atau ada pihak-pihak lain yang dapat saling berkolaborasi, tentu buku digital bisa diwujudkan,” katanya. Namun demikian ia menyayangkan belum tercipta sebuah “team work” untuk menggarap proyek tersebut, meski potensi dari pihak swasta sangat banyak dan terbuka untuk dikembangkan. “Hasilnya pasti akan sangat luar biasa jika kolaborasi itu bisa terwujud,” katanya. Misalnya,… Selengkapnya »Tidak Semua Orang Bisa Melakukan Pekerjaan Membuat Buku Digital

                Sastra Di Kertas Koran Makin Dihargai

                  Telah tiba masanya pengarang atau sastrawan kita bergelimang uang. Sebelumnya, sastrawan hanya sedikit yang kecipratan rezeki lumayan dari karya-karyanya. Namun, pascareformasi, buku-buku sastra beberapa pengarang ternyata laris, cetak ulang belasan kali, dan royaltinya bisa lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesan yang bisa ditangkap, sastra semakin diapresiasi, semakin diminati. Pemerintah belum mengapresiasi sastra seperti mengapresiasi olahraga sehingga mau menyediakan bonus ratusan juta rupiah. Prestasi di bidang sastra yang turut mengharumkan nama bangsa bagai angin lalu. Untunglah, setelah Penghargaan Sastra Khatulistiwa (Khatulistiwa Literary Award), dengan hadiah Rp 100 juta untuk prosa dan puisi terbaik serta Rp 25 juta untuk penulis muda terbaik, kini ada Anugerah Sastra Pena Kencana. Penghargaan yang… Selengkapnya »Sastra Di Kertas Koran Makin Dihargai