Lompat ke konten

Ilmu Bumi Ternyata Belum Ada Standar

Pelajaran Ilmu Kebumian Indonesia masih jauh dari standar internasional. Sekitar 80 persen materi ujian tertulis pada Olimpiade Internasional Kebumian ke-4 atau International Science Olympiad tidak diajarkan di sekolah.

Soal-soal tes tertulis Olimpiade Internasional Kebumian (IESO) ke-4 di Yogyakarta, 19-28 September, tersebut terdiri atas 50 poin. Bidang yang diujikan meliputi oseanografi, meteorologi, geologi, dan astronomi.

Peserta dari SMA Negeri 3 Yogyakarta, Rio Priandi Nugroho (18), mengatakan, soal-soal di olimpiade lebih dalam dari materi di sekolah. ”Saya sulit mengerjakannya,” katanya seusai tes IESO ke-4 yang diikuti peserta dari 19 negara di Universitas Gadjah Mada, Selasa (21/9).

I Wayan Punia Raharja (18) dari SMA Negeri I Amapura, Bali, mengatakan, pelajaran Geografi di sekolah lebih banyak menghafal, baik peta maupun informasi geografis. ”Tapi, tak jelas fungsinya buat apa,” katanya.

Kondisi itu berbeda dengan negara peserta olimpiade lainnya. Peserta dari India, Svarum Rajagopalan (16), mengatakan, ia telah menerima pelajaran Ilmu Kebumian (Earth Science) pada jenjang setingkat SMP. Materinya dari oseanografi, meteorologi, geologi, dan astronomi.

”Materi di Earth Science sangat mirip soal-soal yang diujikan di olimpiade tadi. Jadi, kami mudah mengerjakan,” ungkapnya.

Anggota Tim Pembuat Soal Tertulis IESO ke-4 yang juga pakar geologi tektonika UGM, Subagyo Hamumijoyo, mengatakan, soal-soal pada olimpiade itu mengacu silabus Ilmu Kebumian internasional. ”Secara internasional, Ilmu Kebumian merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang lebih banyak mengkaji fenomena kebumian,” katanya.

Menurut Subagyo, Ilmu Kebumian di Indonesia butuh pembaruan dan silabus baru. Sebab, materi yang diajarkan di Indonesia tertinggal dari Ilmu Kebumian internasional. Di Indonesia, pelajaran Geografi berorientasi kepada Bumi, sedangkan di kurikulum level planeter, Bumi ditinjau sebagai bagian tata surya