Lompat ke konten

Puisi dan Sajak

Puisi Ook Nugroho

    Alexander AlekhineMengingat Mikhail Botvinnik Selamat malam, tuan insinyur terhormat Saya yang rendah dan lata, Alexander Alekhine Mengundang sengaja tuan ini malam Sebab terusik sekonyong ingatan saya Pada pertarungan seru antara kita dulu hari Tuan pasti ingat, kota Nottingham, 1935 temponya Tuan pecundangi lumat para perwiraku kala itu Kini malam ini, dalam gerah pengap cuaca tropis Dalam ini kamar sempit tak begitu nyaman Dengan bebiji putih, saya tawarkan kembali Pada tuan, langkah Sisilia, selaku pembuka pertemuan Nah, apa kiranya jawaban tuan ini kali? Jejaring Bidak Tuan Karpov Dua kuda tuan majukan sekaligus, nyata Tak pernah tuan remehkan saya, terima kasih Sedikit saya jadi merasa tersanjung, tapi Paham saya permainan akan jadi… Selengkapnya »Puisi Ook Nugroho

    Sastra Islam Dan Perjuangannya

      Pada zaman Jahiliah (pra-Islam), sastra telah menempati posisi tinggi di hati orang Arab. Bahkan, ketika dunia masih meraba-raba dalam keremangan ilmu pengetahuan, kebudayaan Arab sudah bergumul ketat dalam sastra dan tata bahasa. Tingginya penghargaan kaum Arab terhadap para penyair diperlihatkan dengan menggantung puisi-puisi terbaik penyair mereka di dinding Kabah sebagai simbol kebesaran dan kebanggaan suku mereka. Pada zaman itu, seorang penyair adalah tokoh masyarakat yang paling disegani melebihi hartawan, agamawan, dan filsuf. Sampai kemudian datanglah mukjizat Nabi Muhammad, Al Quran, sebagai pesaing sastra Jahili, juga sekaligus—kata Syauqi Dlaif dalam bukunya, Fi Ashr Al Adab Al Jahiliy—sebagai upaya penghargaan Tuhan kepada para sastrawan. Ketika Al Quran diturunkan, menurut pengamat sastra Arab… Selengkapnya »Sastra Islam Dan Perjuangannya

      Puisi Puisi Dalam Papan Tulis

        Perupa Jumaldi Alfi menggelar pameran tunggal di Sangkring Art Space, Bantul, Yogyakarta, 1-7 September. Dalam pameran berjudul Life/ARt #101: Never Ending Lesson ini, ia kembali menampilkan karya seri. Kali ini, ia memamerkan apa yang disebutnya sebagai syair berwarna: syair-syair yang divisualkan dalam sebuah lukisan. Memasuki ruang pameran, pengunjung akan langsung disapa papan-papan tulis besar seperti yang menempel di dinding depan ruang kelas di sekolah. Di atas papan tulis hitam itu, tulisan digoreskan menggunakan kapur tulis. Tulisan itu bertumpuk-tumpuk, saling tindih, sehingga sejumlah kata hanya tampak samar, berupa jejak tipis yang enggan pergi disapu penghapus. Melihat sekilas, karya tersebut benar-benar menyerupai papan tulis betulan dengan tulisan yang dibuat dari kapur tulis… Selengkapnya »Puisi Puisi Dalam Papan Tulis

        Kumpulan Puisi Fitir Yani dan Guri Ridola

          Fitri Yani Bisikan Bisma demi sumpahku kepada cahaya dari utara telah kuciptakan kekosongan di kedalaman mataku kubuang segala pikat asmara dari kekasih paling memabukkan sekalipun maka pulangkanlah semua tabib dan tinggalkan aku sendiri di Kurusetra dalam hening akan kulepas diriku dari segala prasangka dalam dingin akan kubiarkan waktu mengambang di cakrawala semoga kelak kau paham mengapa cinta selalu menuntut kata percaya. Juli, 2024 Fitri Yani Lukisan saat kamu dan dia bersatu, benda-benda di sekitarmu seketika akan berada dalam lukisan seorang perenung yang senantiasa bersaksi dan menunggu bersaksi atas luka di telapak kakimu menunggu hilangnya segala jenis debu yang singgah di tubuhmu lukisannya adalah himpunan warna yang terlihat bagaikan fajar di… Selengkapnya »Kumpulan Puisi Fitir Yani dan Guri Ridola

          Puisi Adalah Ketika Kata Kata Pergi Berlibur

            Kadang saya membayangkan puisi sebagai peristiwa ketika kata-kata berlibur. Ketika bahasa beristirahat sementara dari tugas rutinnya sebagai ”kurir” atau pembawa pesan dalam proses komunikasi. Dalam pekerjaannya sehari-hari, bahasa menjadi alat atau perangkat yang sibuk melayani para penggunanya (kliennya? tuannya?) untuk beragam keperluan. Di setiap ruang rapat atau ruang sidang, ruang kelas, laboratorium, rumah sakit, kantor berita, kedai kopi, toko serba ada, pasar ikan, pasar burung, ataupun pasar saham di pelbagai penjuru dunia, bahasa adalah instrumen komunikasi yang dipakai terus-menerus. Dan, tampaknya ia (sering) tak dibayar. Ada saat bekerja, (mestinya) ada saat berlibur. Dalam liburan bahasa, kata-kata dan lain-lain anggota bahasa bisa melakukan aneka macam laku penyegaran diri. Tidur dan bermimpi.… Selengkapnya »Puisi Adalah Ketika Kata Kata Pergi Berlibur

            Keindahan Islam dalam Kaligrafi

              Mengaji dan Berkreasi di Kampus Seniman Muslim Lemka”. Slogan yang ditulis dengan kaligrafi Arab itu tergores pada tembok sebuah gang kecil di Kelurahan Karamat, Kecamatan Gunung Puyuh, Sukabumi, Jawa Barat. Gang ini menjadi pintu masuk ke Pesantren Lemka (Lembaga Kaligrafi Al Quran). Suasananya bersahaja. Begitu memasuki area pesantren, terdapat beberapa bangunan terpisah. Ada asrama putra, asrama putri, kantor pesantren, dan pendopo yang digunakan sebagai ruang belajar. Di pendopo, tampak beberapa santri sedang asyik menggoreskan kalam (semacam pena dari bambu) untuk membentuk aksara Arab di atas kertas karton. Ada kaligrafi bergaya tsuluth, dewani, kufi, atau naskhi. Tiap-tiap gaya memperlihatkan keindahan anatomi huruf yang lentur dan ekspresif. ”Saya ingin pesantren ini menjadi… Selengkapnya »Keindahan Islam dalam Kaligrafi

              Permainan Ruang Kata Oleh Penyair di dalam Sajak Remeh

                Ketika seorang penyair mengubah yang remeh menjadi berarti, barangkali sajak yang ditulisnya justru berkisah banyak. Kata-kata yang terjalin bukan hanya sekadar meminjam bahasa, melainkan menjelma jadi sebuah sintaksis kalimat yang ajaib. Hasan Aspahani adalah penyair yang mahir dengan hal tersebut. Meminjam bahasa Iswadi Pratama—ia merebut segala yang remeh dan tak berarti. Maka, puisinya menelusup ke dalam kesukaan pribadi-pribadi, lalu melepas ke cakrawala pembaca yang luas. Seseorang yang tidak suka komik pun bisa terpesona ketika ia menggambarkan ihwal komik dalam sajak-sajaknya. Ia seperti memberi suguhan lain dari citra komik tersebut. Dalam pelbagai imajinya, Aspahani seperti memburu orang untuk menemukan jalan pulangnya sendiri. Seperti dalam ”Catatan Seorang pembuat Komik”: ”Sia-sia bergegas. Alamat… Selengkapnya »Permainan Ruang Kata Oleh Penyair di dalam Sajak Remeh

                Mitos Bara Biru Nirwan Dewanto Dalam Sajak Dan Sastra

                  ”A tree is a tree. Yes, of course. But a tree as expressed by Minou Drouet is no longer quite a tree, it is a tree which is decorated, adapted to a certain type consumption, laden with literary self-indulgence, revolt, images, in short with a type of social usage which is added tu pure matter” (Barthes, 1983: 109). Jika mitos merupakan tipe wicara (”a type of speech”) seperti dikatakan Barthes, sastra tentu merupakan mitos. Soalnya, sastra adalah model wicara juga. Sebagaimana halnya mitos, yang utama dalam sastra adalah bagaimana sesuatu diujarkan, bukan apa yang diujarkan. Metaforarisasi” adalah sebuah mekanisme pemitosan: pembubuhan sejumlah fungsi, makna, dan pesan pada materi murni. Materi… Selengkapnya »Mitos Bara Biru Nirwan Dewanto Dalam Sajak Dan Sastra

                  Paradoks Kekuasaan Dalam Sastra Indonesia

                    Dalam menghadapi kekuasaan, sastra hadir selain sebagai sebuah eksperimen moral, juga sebagai kenyataan sosial. Di dalamnya ia menghadapi ideologi penguasa, dalam proyeknya menanamkan pengaruh atau menyubordinasi ekspresi literer itu. Mulai dari sastra-sastra klasik seperti epos Ramayana karya Walmiki atau Mahabarata karya Wyasa, teks-teks sastra tak luput pada masalah sentral kekuasaan dan hegemoni negara. Mahabarata, misalnya, mulai dari episode pertama, adi parwa, hingga parwa ke-18, swargarohana parwa, kekuasaan menjadi tema dasar yang menggerakkan konflik tokoh-tokohnya. Dari persoalan kekuasaan itu muncul hero-hero yang di mata pembaca menjadi suri teladan, bahkan tidak jarang dicoba diidentifikasi dalam realitas hidup sebenarnya. Sastra seakan menjadi produsen menghadirkan hero dan heroisme. Di Perancis pada abad pertengahan dikenal… Selengkapnya »Paradoks Kekuasaan Dalam Sastra Indonesia

                    Puisi-puisi Yonathan Rahardjo

                      jago kate menang di rumah sendiri. labrak sana-sini patuk sabetkan pedang tumpul. darah bukan karena tajam tapi sekuat batunya gila. main, menang, main, kalah, main, ko, main, mati, main, mampus. apa dicari makin seperti terasi busuk dimakan lalat malam. di bawah bertebaran belepotan tai bertaburan laksana pupuk urea setumpuk nasi impor bernama mi. ayam berpacu dari kandang, teriak ngeri terbilang, ribuan surai melayang, mana kuping, mana otak, mana dada, goncang getar otot, koyak buluh darah, lari terlunta. rajam kasih sayang, ia hidup tapi kami jagal, ia bergairah tapi kami buat berdarah. kami mangsa kehidupan, hamba keraguan, ragu hilang, kala yakin sahabati selera, ganti aroma, gauli cita rasa, gauli rejan pangkal… Selengkapnya »Puisi-puisi Yonathan Rahardjo