Alexander AlekhineMengingat Mikhail Botvinnik
Selamat malam, tuan insinyur terhormat
Saya yang rendah dan lata, Alexander Alekhine
Mengundang sengaja tuan ini malam
Sebab terusik sekonyong ingatan saya
Pada pertarungan seru antara kita dulu hari
Tuan pasti ingat, kota Nottingham, 1935 temponya
Tuan pecundangi lumat para perwiraku kala itu
Kini malam ini, dalam gerah pengap cuaca tropis
Dalam ini kamar sempit tak begitu nyaman
Dengan bebiji putih, saya tawarkan kembali
Pada tuan, langkah Sisilia, selaku pembuka pertemuan
Nah, apa kiranya jawaban tuan ini kali?
Jejaring Bidak Tuan Karpov
Dua kuda tuan majukan sekaligus, nyata
Tak pernah tuan remehkan saya, terima kasih
Sedikit saya jadi merasa tersanjung, tapi
Paham saya permainan akan jadi rapat
Sarat muslihat sebagaimana memang kita hasratkan
Sejak mula, lihat, dua bidak tuan bermental baja sungguh
Menyusur menembus gelap, sebuah bidak saya jadi korban
Pertama, menteri tuan, berbinar, mengincar pula sangar
Kudaku bersiaga pada sayap, namun mendadak ia mengisar
Menjauh, oh, menteri yang pintar, ia paham memang
Belum saatnya menerjang, maka saya tariklah pula
Sang kuda bergeser, berkawal dekat benteng di bukit
Barangkali lebih baik
Tapi tuan, tuan tak bisa lagi bersabar agaknya
Berseteru dengan waktu, dua kuda saya
Tumbang, begitu pun benteng di bukit-bukit itu
Tapi juga benteng tuan di garis depan, redam-remuk
Menyusul robohnya tiga perwira utama andalan
Menteri tuan (yang pintar) terbunuh oleh menteri saya
Sial tapi, bidak tuan cerdik menyudahi riwayatnya
Teramat lekas saya kira pertempuran ini berlangsung
Seperti di Nottingham, tuan, drama ini kembali berulang
Kini kita tinggal ditunggui para bidak setia tersisa
Enam pada saya, tujuh di pihak tuan, dan mendadak
Kulihat tuan sungguh hadir lagi atas petak-petak
Luas papan catur ini, menyudut, agak ke belakang
Legam. Berkilau. Menyusur. Merapat. Mengurung
Masih sebuah bidak saya mencoba berdaya
Lebih merupa laku bunuh diri putus asa, rasa saya
Dengar ia sesambat penghabisan kali, sedang saya
Yang rendah dan lata, terpana hanya pada senyap
Sekonyong ini medan jadi basah bersimbah
2024
Dalam bermain
Tak suka saya terburu
Orang menyebut gaya saya ini
Gaya laba-laba
Sebab saya bermain
Macam laba-laba
Menebar jejaringnya
Pada empat sudut bumi
Maka kukuhlah benteng saya
Mengawal yang terburuk
Pasukan kuda saya
Tangkas teruji
Tak kurang gagah
Adalah panglima gajah
Saya punya menteri
Sangatlah cerdik cendekia
Mahir sungguh membaca gelagat
Rahasia musim dan cuaca
Dan bidak-bidak saya
Lebih dari setia
Mereka tabah
Menyusup menembus
Barikade gelap
Yang menghadang
Macam pedang
Seluas padang
Sudah saya katakan
Saya bukanlah
Pemain yang ceroboh
Menteri saya cendekia
Paham sungguh
Mengurai muslihat
Meski menampaknya
Kau mungkin saja jemu
Sebab saya melangkah
Datar macam buku
2024
Ia seorang raja
Yang tak biasa, kerap
Dibiarkannya langkahnya
Yang limbung menghampir jurang
Kesia-siaan
Disaksikannya dengan rela
Berguguran percuma
Menterinya budiman
Menyusul tewasnya kuda-kuda
Terakhir mereka di bukit
Ia seorang raja
Yang tak lumrah, sering
Dibiarkannya belaka
Menyusup bidak-bidak musuh
Menusuk pada lambung
Dipandangnya dengan tabah
Gelap melangkah
Menembus bentengnya
Yang tak berjendela
Pun tanpa kawal para dewa
2024
Langkah kami
Biasa dan tak rumit
Tiada sama sekali
Jebakan dalamnya
Beringsut kami maju
Mencoba menujumu
Barangkali menembus
Batas mimpi
Tak banyak
Pilihan kami punya
Maka kami menyusur
Mungkin hancur
Jika kemudian
Kami menabrak
Itu tersebab kau
Menghadang tegak
Maafkan kami
Terlahir pelabrak:
Atas ini petak sumpek
Kami nyatakan tidak
Sampai kelak
Gelap merapat
Memastikan genap
Langkah kami di bumi
2024
Bagaimana gerangan
Kami akan dicatat
Kami, orang-orang
Rendahan tak punya mata?
Banyak dari kami
Bahkan belum sempat
Melangkah sewaktu
Yang terburuk itu datang
Beberapa yang lain
Lumayan jauh bertindak
Membunuhi sesama serdadu
Buta tak berdaya
Beberapa lagi
Mungkin tersebab takdir
Sempat dicapainya juga
Batas mimpi itu
Tapi bagaimana kiranya
Kami bakal dikenang
Kami, yang bahkan tak punya
Bayang-bayang?
2024
Ook Nugroho lahir di Jakarta, 7 April 1960. Buku kumpulan puisinya berjudul Hantu Kata (2024).