”Buku sekolah elektronik (BSE) ibaratnya barang baru sehingga perlu ada masa transisi dalam penerapannya,” tutur Suyanto, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidik- an Nasional di Jakarta, Rabu (6/8).
Suyanto menjelaskan, Depdiknas telah mengambil keputusan memproduksi cakram berisi materi BSE sehingga dapat diakses secara off-line. Dengan demikian, sekolah yang tidak mempunyai akses internet pun dapat menggunakannya.
Menurut Suyanto, setelah peluncuran BSE dilaksanakan 20 Agustus mendatang, cakram buku pelajaran itu dikirimkan ke sekolah-sekolah. ”Setiap sekolah mendapat satu paket. Biayanya juga tidak terlalu mahal,” kata Suyanto.
Untuk SMP, misalnya, diperkirakan biaya penggandaan dan pendistribusiannya sekitar Rp 150 juta.
Direncanakan sampai dengan Agustus 2023, hak cipta untuk 250 judul buku dapat terbeli. Hingga Rabu kemarin terca- tat 210 judul buku SD, SMP, dan SMA/SMK yang sudah dapat diunggah di http://bse.depdik- nas.go.id atau www.depdiknas.go.id.
Inisiatif sendiri
Ahmad Rizali, Ketua Klub Guru Jabodetabek, mengatakan tidak mengerti jika pemerintah hendak membagikan cakram BSE seusai diresmikan Presiden Yudhoyono. Padahal, sekolah-sekolah sudah membutuhkan buku elektronik tersebut sejak tahun ajaran baru.
Karena pemerintah sangat lamban, guru-guru berinisiatif sendiri. Sebanyak 1.000 CD yang berisi 47 judul buku pelajaran siap dibagikan kepada siapa saja yang membutuhkan, mulai Kamis ini. Pengadaan cakram BSE ini dilakukan dengan menggalang dana dari berbagai pihak, termasuk urunan dari aktivis pendidikan dan guru yang tergabung di Klub Guru Jabodetabek.
Ahmad mengatakan bahwa aktivis pendidikan dan guru menyayangkan tidak siapnya pemerintah dalam menyediakan BSE