Lompat ke konten

Semester 3

Sastra Di Kertas Koran Makin Dihargai

    Telah tiba masanya pengarang atau sastrawan kita bergelimang uang. Sebelumnya, sastrawan hanya sedikit yang kecipratan rezeki lumayan dari karya-karyanya. Namun, pascareformasi, buku-buku sastra beberapa pengarang ternyata laris, cetak ulang belasan kali, dan royaltinya bisa lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesan yang bisa ditangkap, sastra semakin diapresiasi, semakin diminati. Pemerintah belum mengapresiasi sastra seperti mengapresiasi olahraga sehingga mau menyediakan bonus ratusan juta rupiah. Prestasi di bidang sastra yang turut mengharumkan nama bangsa bagai angin lalu. Untunglah, setelah Penghargaan Sastra Khatulistiwa (Khatulistiwa Literary Award), dengan hadiah Rp 100 juta untuk prosa dan puisi terbaik serta Rp 25 juta untuk penulis muda terbaik, kini ada Anugerah Sastra Pena Kencana. Penghargaan yang… Selengkapnya »Sastra Di Kertas Koran Makin Dihargai

    Menyandera Timur Tengah Di Inggris

      Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Inggris Raya/United Kingdom (PCIM UK) bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London, akhir pekan lalu mengelar bedah buku “Menyandera Timur Tengah” yang ditulis pakar pengamat Timur Tengah, Riza Sihbudi, yang juga Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London. Acara bedah buku yang merupakan kegiatan perdana PCIM UK yang dideklarasikan Februari lalu dengan Ketua Umum PCIM UK, Saharman Gea, mahasiswa PhD di Queens Mary University of London (QMUL) bertujuan memperkaya pemahaman dan kajian tentang Timur Tengah dimana Indonesia perlu belajar dari AS dalam ‘menundukkan’ kawasan tersebut melalui kajian dan studi. Sekretaris PCIM UK, Muhammad Izzul Haq, menyebutkan bahwa acara yang menghadirkan dua pembicara Syahrul Hidayat dari University… Selengkapnya »Menyandera Timur Tengah Di Inggris

      Pengarang Muda Hanya Bisa Bermain Kata

        Sebagian pengarang muda dalam menulis cerita cenderung bermain-main dengan kata untuk menutupi kelemahan tema, atau mencoba menghindari pengulangan tema yang sudah digarap penulis-penulis sebelumnya. Akibat akrobat kata ini, tema yang diusung sering kali tersembunyi atau tidak jelas sehingga sulit ditangkap pembaca. ”Boleh dikata mereka menjauhi tema sebab tema-tema itu sudah digarap penulis sebelumnya. Mereka tidak mau mengulang-ulang tema sehingga mereka kemudian berakrobat dengan kata-kata,” kata sastrawan Hamsad Rangkuti di Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya, Senin (14/7). Hamsad hadir di Palangkaraya sebagai narasumber dalam temu sastra yang diprogramkan Masyarakat Sastra Asia Tenggara. Menurut Hamsad, ditinjau dari sisi bahasa, permainan kata-kata itu merupakan kemajuan karena penulis bisa mengeluarkan apa yang dipikirkan… Selengkapnya »Pengarang Muda Hanya Bisa Bermain Kata

        Biaya Buku Cenderung Memberatkan Siswa

          Hari pertama sekolah, Senin (14/7), siswa dan orangtua dikejutkan dengan biaya pembelian buku pelajaran yang sangat memberatkan. Biaya yang harus dikeluarkan di beberapa sekolah mencapai Rp 1 juta per semester. Program buku digital yang dicanangkan pemerintah dengan maksud menekan harga buku kenyataannya belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Selain sulit diunduh dari internet, hampir tidak ada sekolah yang menggunakan buku digital itu. Bahkan, banyak kepala sekolah dan guru yang belum mengetahui adanya buku digital itu. Di sebuah sekolah menengah di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, misalnya, pada hari pertama masuk sekolah, kertas fotokopi berisi judul buku, penerbit, dan harga buku yang akan dipakai siswa kelas III SMA jurusan IPA tersebut dibagikan… Selengkapnya »Biaya Buku Cenderung Memberatkan Siswa